Pendekatan Teori Perilaku Konsumen

Pendekatan Teori Perilaku Konsumen

LATAR BELAKANG

Dalam semua sendi kehidupan, manusia tak lepas dari sebuah kegiatan ekonomi. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena tidak bisa hidup sendiri. Dengan demikian manusia hidup saling bergantungan dan membutuhkan bantuan dari orang lain. Dalam Kegiatan Ekonomi, sebenarnya kebutuhan manusia sangat beraneka ragam. Adapun yang menjadi kebutuhan manusia itu antara lain yang dikenal dengan sebutan pangan, sandang dan papan. Di antaranya pun ada juga kebutuhan manusia yang lain misalnya kebutuhan kesehatan, pendidikan, sarana transportasi, hiburan dan sarana telekomunikasi. Mengingat letak geografis suatu daerah berbeda, hal ini mengakibatkan lapangan pekerjaan menjadi bermacam-macam yang sesuai dengan keadaan alam di suatu tempat. Oleh karena faktor-faktor tersebut maka terjadilah transaksi ekonomi yang dilakukan oleh setiap manusia.
Kegiatan ekonomi merupkan sebuah kegiatan yang dilakukan oleh manusia dengan tujuan untuk mendapatkan barang dan jasa, bahkan kegiatan ekonomi merupakan tolak ukur dari sebuah kemakmuran. Dalam sebuah kegiatan ekonomi tak lepas dari pertemuan antara produsen dan konsumen. Mereka melakukan transaksinyang pada akhirnya menghasilkan sebuah kesepakatan. Dari sebuah kesepakatan antara produsen dan konsumen tersebut, muncul kepuasan diantara mereka.
 Bagi produsen , keuntungan dari hasil penjualan output produksi adalah kepuasan. Sementara di pihak konsumen, akan memperoleh kepuasan dengan mengkonsumsi hasil produksi tersebut. Besar kepuasan yang di peroleh oleh konsumen dalam teori ekonomi mikro disebut dengan “Utility”

TEORI PERILAKU KONSUMEN

Sebelum konsumen memutuskan untuk membeli suatu jenis produk barang atau jasa, konsumen akan selalu mempertimbangkannya terlebih dahulu  Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa tersebut akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: pendapatan, selera konsumen, dan harga barang, disaat kondisi yang lain tidak berubah (ceteris paribus). Perilaku konsumen ini didasarkan pada Teori Perilaku Konsumen yang menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkannya.
Menurut Dharmesta dan Handoko, (2008 : 10). Perilaku konsumen (consumer behavior) adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa tersebut. Pemahaman mengenai perilaku konsumen meliputi jawaban atas pertanyaan seperti apa (what) yang dibeli, dimana membeli (where), bagaimana kebiasaan (how often) membeli dan dalam keadaan apa (under what condition) barang-barang dan jasa-jasa dibeli.
Sumarwan (2003 : 25) mengemukakan bahwa  Prilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini .
Dari beberapa definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan, Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan dengan pertimbangan yang matang.


Faktor –Faktor Yang Mempengarihi Perilaku Konsumen.

Menurut (RW.Griffin & RJ. Ebert, 2003:366) untuk memahami perilaku konsumen bergantung pada psikologi dan sosiologi. Hasilnya berfokus pada empat bidang yang menjadi pengaruh utama terhadap perilaku konsumen:

  1. Pengaruh psikologis mencakup motivasi, presepsi, kemampuan belajar, dan sikap perseorangan.
  2. Pengaruh pribadi mencakup gaya hidup, kepribadian, dan status ekonomi.
  3. Pengaruh sosial mencakup keluarga, pendapat pemimpin (orang yang pendapatnya diterima oleh orang lain), dan kelompok referensi lainya seperti teman, rekan sekerja, dan rekan seprofesi.
  4. Pengaruh budaya mencakup budaya (“cara hidup” yang membedakan satu kelompok besar dengan kelompok lainya), subkultur (kelompok yang lebih kecil, seperti kelompok etnis yang memilliki nilai-nilai bersama), dan kelas sosial (kelompok-kelompok berdasarkan peringkat budaya menurut kriteria seperti latar belakang, pekerjaan, dan pendapatan.


Walaupun seluruh faktor itu dapat berdampak besar pada pilihan konsumen, dampk faktor-faktor itu terhadap pembelian aktual beberapa produk menjadi sangat  lemah atau dapat diabaikan. Beberpa konsumen, misalnya, memperlihatkan loyalitas terhadap merek (Brand Loyalty) tertentu, yang berarti mereka secara rutin membeli produk-produk karena mereka puas atas kinerja merek produk itu.



I.                  PENDEKATAN TEORI PERILAKU KONSUMEN
            Konsep dasar perilaku konsumen menyatakan pada umunya selalu mencapai utilitas yang maksimal dari pemakai benda yang dikonsumsinya . Utilitas (utility)adalah derajat seberapa besar sebuah barang atau jasa dapat memuaskan kebutuhan seseorang atau dengan kata lain kepuasan yang diterima dari pengguna atau pengonsumsi barang dan jasa tersebut . Ada 2 macam pendekatan yang pada umumnya di gunakan didalam teori perilaku konsumen yaitu Pendekatan Kardinal dan Pendekatan Ordinal .

A.     Pendekatan Kardinal
Pendekatan Kardinal disebut sebagai Daya guna Marginal. Asumsi dari pendekatan ini adalah sebagai berikut :
1.      Setiap tambahan satu unit barang yang dikonsumsi akan menambah kepuasan yang diperoleh konsumen tersebut dalam jumlah tertentu, sehingga makin besar kepuasan makin mahal harganya. Jika konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka dia akan mau membayar mahal, sebaliknya jika kepuasan yang dirasakan konsumen redah maka dia hanya akan mau membayar dengan harga murah.
2.      Makin banyak barang dikonsumsi makin besar kepuasan.
Konsumen yang rasional akan berusaha untuk memaksimalkan kepuasannya pada tingkat
pendapatan yang dimilikinya. Besarnya nilai kepuasan akan sangat bergantung pada
individu konsumen yang bersangkutan. Konsumen dapat mencapai kondisi equilibrium
atau mencapai kepuasan yang maksimum apabila dalam membelanjakan pendapatannya
mencapai kepuasan yang sama pada berbagai barang. Tingkat kepuasan konsumen terdiri
dari dua konsep yaitu kepuasan total/Total Utility (TU) adalah kepuasan menyeluruh yang diterima oleh individu dari mengkonsumsi sejumlah barang atau jasa. dan kepuasan tambahan/Marginal Utility (MU) yaitu perubahan total per unit dengan adanya perubahan jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi.
3.      Terjadi hukum The law of diminishing Marginal Utility pada tambahan kepuasan setiap satu satuan. Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh dari setiap unit tambahan konsumsi semakin kecil.( Mula – mula kepuasan akan naik sampai dengan titik tertentu tambahan kepuasan akan semakin turun ). Tingkat kepuasan yang semakin menurun ini dikenal dengan hukum Gossen.

Gambar 1.2 Grafik Nilai Guna Total Dan Marginal

Qx
TUx
MUx
0
0
1
10
10
2
18
8
3
24
6
4
28
4
5
30
2
6
30
0
7
28
-2



  
  

Keseimbangan konsumen tercapai jika konsumen memperoleh kepuasan maksimum dari mengkonsumsi suatu barang. Syarat Keseimbangan:

1.      MUx  =  MUy  = ….= MUn
               Px           Py                Pn

2.      Px . Qx + Py . QY + ……+  Pn . Qn = M

MU  = Marginal utility
P      = Harga
M     = Pendapatan konsumen

Q
1
2
3
4
5
6
7
8
MUx
16
14
12
10
8
6
4
2
MUy
11
10
9
8
7
6
5
4

Diketahui        :    Px  = 2        Py  =  1            M  = 12
Syarat Equilibrium:
1.      MUx  =  MUy  
 Px           Py   

12   =    6 
2           1

2.      Px Qx + Py QY  =  MPx Qx + Py QY  =  M
3.      2. (2) (3) + (1) (6)   = 12

Total Utility     =  MUx QX + MUy QY
=  (12) (3) + (6) (6)
=  72


A.     Pendekatan Ordinal



Dalam pendekatan Ordinal daya guna suatu barang tidak perlu diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi rendahnya daya guna yang diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok barang. Dasar dari pemikiran dari pendekatan ini adalah semakin banyak barang yang dikonsumsi semakin memberikan kepuasaan terhadap konsumen. Dalam menganalisa tingkat kepuasan dalam pendekatan ini digunakan kurva Indifferen (indifferent Curve) yang menunjukkan kombinasi konsumsi dua macam barang yang memberikan tingkat kepuasan yang sama dan garis anggaran (Budget line) yang menunjukkan berbagai kombinasi dari dua macam barang yang berbeda yang dapat dibeli oleh konsumen dengan pendapatan yang terbatas. 



Seperti halnya pendekatan tingkah laku konsumen melalui pendekatan kardinal, pendekatan teori tingkah laku konsumen melalui pendekatan ordinal juga memiliki sejumlah asumsi yang mesti berlaku. Beberapa asumsi yang harus ada pada pendekatan ordinal ini  adalah: (Dr. Eeng Ahman M.S dan  Yana Rohmana S.pd, 2007: XX )
1.         Konsumen Rasional
2.         Konsumen mempunyai pola preferensi terhadap barang yang disusun berdasarkan urutan besar kecilnya daya guna.
3.         Konsumen mempunyai sejumlah uang tertentu
4.         Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan maksimum
5.         Konsumen konsisten
6.         Berlaku hukum transitif

A.     Persamaan dan Perbedaan.
Persamaan teori cardinal dan ordinal
Persamaan kardinal dan ordinal yaitu sama-sama menjelaskan tindakan konsumen dalam mengkonsumsi barang-barang yang harganya tertentu dengan pendapatan konsumen yang tertentu pula agar konsumen mencapai tujuannya (maximum utility)

Perbedaan teori kardinal dan ordinal :

Pandangan antara besarnya utility. Pada pandangan teori kardinal menganggap bahwa besarnya utility dapat dinyatakan dalam angka atau bilangan.. Sedangkan analisis ordinal besarnya utility dapat dinyatakan.dalam bilangan atau angka. Analisis kardinal mengunakan alat analisis yang dinamakan marginal utiliy (pendekatan marginal). Sedangkan analisis ordinal menggunakan analisis indifferent curve atau kurva kepuasan sama .

KESIMPULAN

Perilaku konsumen terhadap permintaan barang dan jasa akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: pendapatan, selera konsumen, dan harga barang disaat kondisi yang lain tidak berubah (ceteris paribus). Perilaku konsumen ini didasarkan pada Teori Perilaku Konsumen yang menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkannya.
Menurut pendekatan kardinal kepuasan seorang konsumen diukur dengan satuan kepuasan (misalnya:uang). Sedangkan menurut pendekatan Ordinal daya guna suatu barang tidak perlu diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi rendahnya daya guna yang diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok barang.



DAFTAR PUSTAKA

v  Ahman, Eeng dan  Rohmana, Yana. (2007). “Pengantar Teori Ekonmi Mikro”. LAB EKOP dan
v  KOPERASI UPI
v  Griffin, Ricky W. dan Ebert Ronald J. (2003). “Bisnis”. Jakarta: Prenhallindo.
v  Sukirno, Sadono. (2005). “Teori Pengantar Mikro Ekonomi”. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
 http://paperusadvance.blogspot.com/


 

 
[blogger]

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget