Mikro Ekonomi
Pendapatan dan Penetapan Harga Faktor Produksi
1.
Hasil Industrialisasi.
Priode sebelum revolusi
industri ditandai oleh peningkatan tingkat dan distribusi pendapatan yang
begitu perlahan pada beberapa negara. Berbagai perubahan sosial dan teknologi
sebagai akibat Revolusi Industri yang dimulai sekitar 1770, membawa berbagai perubahan
nyata dalam upaya serta memunculkan pembagian masyarakat menurut kelas
kapitalis dan pekerja. Fenomena ini diidentifikasi oleh banyak pengecam
kapitalisme terutama oleh Karl Marx. Dia dan Friedrich Engles menulis pada
1848: “ Pekerja modern malah tenggelam
semakin dalam daripada bangkit akibat kebangkitan industry. Ia menjadi seorang
fakir, dan kefakiran berkembang dengan lebih cepat dibandingkan pertambanhan
penduduk dan kekayaan.” Meskipun sebagian ramalan Marx tentang masa depan
kapitalisme industry ternyata benar. Ramalannya mengenai nasib kaum pekerja
terbukti meleset. Penegasannya bahwa pekerja menjadi semakin miskin tidak dapat
dibuktikan oleh riset sejarah dan statistic yang saksama. Eropa dan Amerika
mengalami peningkatan upah rill dalam jangka panjang dengan tingkat yang tetap.
Sebagaimana diukur dalam kemampuan rata-rata tingkat kesehatan serta tingkat
harapan hidup yang makin panjang dari penduduknya. Kenyataan yang dialami
perekonomian pasar negara-negara industry ini jelas tergambar dalam statistic
dibawah ini.
Gambar
1.1
Pendapatan dan Kekayaan
Dalam
mengukur kondisi ekonomi seseorang, ada dua konsep pokok yang paling sering
digunakan yaitu pendapatan dan kekayaan. Pendapatan menunjukkan jumlah seluruh
uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu
tertentu (biasanya satu tahun). Pendapatan
terdiri dari upah atau penerimaan tenaga kerja; pendapatan dari kekayaan
terdiri dari sewa, bunga dan deviden; serta pembayaran transfer atau penerimaan
dari pemerintah seperti tunjangan sosial atau asuransi pengangguran. Kekayaan terdiri dari nilai nominal
neto asset yang dimiliki pada waktu tertentu. Perhatikan bahwa kekayaan adalah
persediaan dolar, sedangkan pendapatan adalah suatu aliran dolar per unit
waktu. Kekayaan rumah tangga meliputi harta yang nampak atau nyata (rumah,
mobil, tanah dan barang konsumsi tanah lama lainnya) dan asset keuangan (uang
tunai, obligasi, tabungan dan saham). Seluruh item yang mempunyai nilai disebut
aktiva sedangkan item yang dipinjam disebut kewajiban.
1.
Distribusi pendapatan dan Teori Produktivitas-Marjinal
Kunci
distribusi pendapatan suatu perekonomian pasar terdapat pada teori
produktivitas-marjinal perusahaan. Teori produksi dimulai dari pengertian
fungsi produksi. Jika kita mempunyai tanah, tenaga kerja dan modal dengan
jumlah tertentu, berapakah output maksimum yang dapat kita produksi? Dalam
bahasa teknik, fungsi produksi produksi menyatakan jumlah output maksimum yang
dapat diperoleholeh setiap kombinasi faktor input pada keadaan pengetahuan
teknik tertentu. Konsep fungsi produksi, memberikan definisi tegas mengenai
produk marjinal. Table 2.1 mengingatkan kita pada cara menghitung produk
marjinal. Sebagai contoh, kita mulai dua satuan tenaga kerja, sebidang tanah
dan sebuah mesin. Kombinasi ini menghasilkan 30.000 kg jagung. Berapa banyak
tambahan jagung yang akan diproduksi jika ditambah satu satuan tenaga kerja,
sedangkan input lainnya tetap? Dari table 2.1 memberikan jawaban 5.000 kg.
dengan demikian,kita katakana bahwa produk marjinal tenaga kerja pada titik
permulaan ini adalah 5.000kg jagung. Selanjutnya mari kita ingat kembali hukum
hasil lebih yang semakin berkurang (law of diminishing retrun). Kolom 3 tabel
2.1 memperlihatkan bagaimana setiap buruh berikutnya memberikan produk marjinal
yang makin menurun. Produk marjinal yang makin menurun adalah nama lain dari
diminishing return (hasil lebih yang semakin berkurang). Perhitungan produk
marginal yang sama bisa dibuat untuk setiap input. Kita bisa menukar buruh
dengan tanah, mengubah-ubah jumlah tanah dengan menganggap tenaga kerja dan
input lain tetap, kita juga bisa mengamati berlakunya law of diminishing return
pada tanah, seperti halnya pada tenaga kerja
Gambar
2.1
Penerimaan Produk Marjinal
(Marginal Revenue Product)
Kita dapat menggunakan alat-alat
teori produksi untuk menelaah suatu konsep baru dalam teori distribusi, yaitu
penerimaan produk marjinal. Misalkan kita sedang mengoperasikan sebuah
perusahaan besar yang memproduksi kemeja, kita mengetahui berapa banyak tambahan
hasil dari setiap tambahan satu tenaga kerja, namun sebagai manajer kita ingim
memaksimumkan laba yang diukur dengan rupiah, karena kita dibayar dengan uang,
bukan dengan kemeja. Pekerja juga ingin dibayar dengan rupiah, bukan dengan
pakaian. Oleh karena itu kita membutuhkan sebuah konsep yang mengukur tambahan
rupiah yang dihasilkan oleh setiap tambahan satu unit input. Para ekonom
memberi nama “marginal revenue product” pada nilai uang dari tambahan output yang
dihasilkan oleh tambahan unit input.
Marginal
revenue product input A adalah penerimaan rupiah tambahan
yang dihasilkan oleh
input A.
Kasus
pasar kompetitif. Adalah mudah untuk menghitung
penerimaan produk marjinal apabila pasar produk bersifat persaingan sempurna.
Dalam kasus ini, produk marjinal yang dihasilkan ole pekerja (MPL) bisa dijual pada harga
output yang bersaing. Selain itu, karena kita sedang menelaah persaingan
sempurna, harga output tidak dipengaruhi oleh output perusahaan, sehingga harga
sama dengan pendapatan marjinal (MR).
jika kita mempunyai MPL dari
10.000 kg dan harga serta MR sebesar $3, nilai nominal output yang diproduksi
oleh pekerja terakhir, yaitu penerimaan produk marginal tenaga kerja (MRPL), adalah $30.000 (sama dengan 10.000x$3). Ini
ditunjukkan dalam kolom 5 tabel 2.2. Dengan demikian, pada persaingan sempurna,
nilai setiap pekerja bagi perusahaan sepadan dengan nilai nominal produk
marginal ari pekerja terakhir; nilai setiap hektar tanah adalah produk marginal
tanah tersebut dikali harga outputnya; begitu untuk setiap faktor.
Gambar 2.2
Persaingan
Tak Sempurna. Apa yang terjadi pada persaingan tak sempurna, dimana
kurva permintaan setiap perusahaannya miring kebawah? Disini, penerimaan
marjinal yang diterima dari setiap penjualan output tambahan lebih kecil dari
harga. Hal ini terjadi karena untuk menjual satu unit tambahan, perusahaan
harus menurunkan harga unit sebelumnya. Setiap produk marjinal buruh akan
seharga MR<P bagi perusahaan. Sebagai
contoh:
Penerimaan
produk marjinal tenaga kerja
(MRPL)
= MR x MPL
Penerimaan
produk marjinal tanah
(MRPA)
= MR x MPA
Dan
seterusnya, karena pada persaingan sempurna harga sama dengan penerimaan
marjinal, kondisi ini menyederhanakan penerimaan produk marjinal yaitu sama
dengan harga dikali dengan produk marginal, atau penerimaan produk marjinal
(MRPi) = P x MPi untuk setiap input.
Setelah kita membahas beberapa konsep tadi, sekarang
kita akan membahas determinan permintaan input. Pertama kita harus
memperhatikan dua sifat khusus permintaan input: saling ketergantungannya dan
sifat permintaanya yang merupakan turunan (derived).kemudian kita menelaah
bagaimana perusahaan yang memaksimalkan laba menentukan kita untuk menjelaskan
kurva permintaan input.
Permintaan
Faktor Produksi Bersifat Saling Tergantung
Suatu hal yang mendasar mengenai permintaan berbagai
input berasal dari kenyataan teknologis bahwa input biasanya tidak bekerja
sendirian. Contoh: jika kita ingin memotong kayu, tidak hanya gergaji saja yang
saya perlukan. Seseorang pekerja dengan tangan kosong sama juga tidak ada
artinya. Pekerja dan gergaji baru dapat memotong kayu dengan baik jika keduanya
digabung. Dengan kata lain, produktivitas dari sebuah faktor, seperti tenaga
kerja, tergantung pada jumlah faktor lain yang siap untuk bekerja bersamanya.
Sri William Petty mengemukakan persoalan ini secara mencolok: tenaga keja
adalah bapak dari produk, dan tanah adalah ibunya. Kita tidak bisa mengatakan
mana yang lebih esensial dalam menghasilkan seorang bayi seorang ibu atau seornag bapak. Karena itu
pula, umumnya mustahil mengatakan berapa banyak output yang telah dihasilkan
oleh satu diantara berbagai input yang digunakan dalam produksi. Berbagai input
yang berbeda saling pengaruh-mempengaruhi satu sama lain. Saling-ketergantungan produktifitas dari tanah, tenaga kerja, dan
barnag modal inilah yang menjadikan topic distribusi pendapatan menjadi rumit.
Anggaplah kita harus mendistribusikan seluruh output dari suatu negara pada
satu waktu tertentu. Kalau masing-masing input bisa menghasilkan output
sendirian, artinya, kalau tanpa input lain, tanah bisa menghasilakn sekian
banyak output, tenaga kerja bisa menghasilakn sekian banyak output, dan begitu
juga mesin-mesian, distribusi mungkin buakn merupakan masalah rumit.
Berdasarkan penawaran dan permintaan, kalau setiap faktor produksi menghasilkan
sendiri sejumlah output tertentu, maka ia sepenuhnya akan menikmati hasil
kerjanya sendiri.
Permintaan
Faktor Produksi Merupakan Permintaan Derivatif
Terdapat dua perbedaan esensial antara permintaan
rumah tangga terhadap barang konsumsi dan permintaan perusahaan terhadap input
produksi. Mengapa rumah tangga meminta barang-barang akhir (final goods)
seperti filem, video atau roti? Karena karena barang-barang konsumsi bisa
dinikmati secara langsung atau bisa dimanfaatkan secara langsung. Keadaan ini
tidak sama dengan perusahaan yang membeli pupuk, belerang, tenaga kerja tak
terdidik ataupun tanah. Jelas bahwa perusahaan membeli barang barang itu bukan
untuk kepuasan yang langsung bisa dinikamti. Perusahaan menginginkan
faktor-faktor produktif itu karena harapan akan produksi dan hasil penjualan
yang diperoleh secara tidak langsung dari pemanfaatan faktor-faktor tadi. Jadi
dalam gambaran ini terkandung unsur kepuasan (satisfaction). Kepuasa yang
dinikmati konsumen ketika mengkonsumsi roti atau membantu pabrik roti dalam
menetapkan kuantitas yang diproduksinya, disamping juga berapa tepung terigu
yang harus dibelinay. Analisis yang cermat terhadap permintaan input harus
memperhitungkan bahwa pada akhirnya permintaan konsumenlah yang akan menentukan
besarnya permintaan input (seperti tepung bagi pabrik roti).
Permintaan
perusahaan akan tenaga kerja, tepung terigu dan input lainnya secara tak
langsung merupakan derivasi (turunan) dari permintaan konsumen terhadap hasil
akhir perusahaan itu.
Oleh karena itu, teoritikus ekonomi menyebut
permintaan terhadap faktor produksi sebagai permintaan derivative (permintaan turunan). Hal ini berarti
permintaan perusahaan terhadap input ditentukan oleh pertimbangan bahwa input
itu memungkinkan merka memproduksi barang yang akan dibeli konsumen sekarang
atau dimasa yang akan datang. Gambar 2.3 memperlihatkan bagaimana permintaan terhadap
suatu input, seperti ladang jagung, merupakan derivasi dari kurva permintaan
konsumen terhadap jagung. Berorientasi pada laba memilih konbinasi input
optimalnya. Bayangkan kita adalah petani yang bertujuan memaksimumkan laba.
Didaerah kita, kita dapat mempekerjakan tenaga kerja dengan upah $20.000 per
tahun. Akuntan kita menyerahkan spreadsheet (lembar kerja) dengan data pada
gambar 2.2 bagaimana kita meneruskanya? Kita dapat mencoba beberapa kemungkinan
yang berbeda. Jika kita mempekerjakan satu orang tenaga kerja, penerimaan
tambahanya (MRP) adalah $60.000, sedangkan biaya marjinal pekerja $20.000, maka
tambahan laba kita $40.000. tambaahan seorang pekerja kedua memberikan MRP
sebesar $30.000, dan tambahan laba $10.000 tetapi, pekerja ketiga menghasilkan
output tambahan yang hanya membeerikan penerimaan $15.000 dibandingkan dengan
biayanya $20.000; oleh karena itu, tidak menguntungkan untuk mempekerjakan
orang ketiga. Laba maksimum pada gamabr 2.2 diperoleh denagn mempekerjakan dua
ornag tenaga. Denagn coba-coba (trial and error) kita menemukan sebuah kaidah
yang menarik :
Perusahaan
akan memaksimumkan laba dengan menggaji pekerja (faktor produksi lainnya) selam
MRP dari input tersebut melebihi tambanhan biayanya.
Gambar 2.3
Denagn menggunakan alasan ini, kita dapat menurunkan
aturan untuk memilih kombinasi input yang optimal: untuk memaksimumkan laba,
input harus ditambah selama penerimaan produk marjinal dari input melebihi
biaya marjinal atau harga input. Pada kasus pasar faktor produksi yang bersifat
persaingan sempurna, kaidah/aturannya bahak lebih mudah. Ingat bahwa pada pasar
persaingan penerimaan produk marjinal sama dengan harga dikali dengan produk
marginal (MRP = P x MP).
Kombinasi
input yang memaksimumkan laba pada perusahhan persaingan sempurna terjadi
apabila produk marjinal dikali dengan sama dengan harga input:
Produk
marjinal tenaga kerja x harga output = Harga tenaga kerja = tingkat upah.
Produk
marjinal tanah x harga output = Harga tanah = sewa. dan seterusnya.
Kita dapat memahami aturan ini dengan mengikuti
pemikiran berikut: katakana lah bahwa input untuk produksi jagung (atau
industry kompetitif lainnya) dikelompokkan menjadi unit-unit seharga $1-$1 unit
tenaga kerja, $1 unit tanah, dan seterusnya. Perusahaan bersedia menggunakan
sejumalh input yang masing-masing berharsa $1, yanga akan memberikan penerimaan
pada unit terakhir juga sebanyak $1. Penerimaan tamabahanya adalah MP jagung
dari input dikali dengan harga jagung, P. Bila input ditambah sehingga MP x P
hanya mencapai $1, maka $1 biaya input ditambah hanya sama dengan $1 penerimaan
tamabahan.
Kaidah
Biaya Paling Rendah. Kita bisa membentuk kembali kondisi yang
baru saja yang kita bahas dengan cara yang sedikit berbeda, untuk memperoleh
kaidah biaya yang paling rendah untuk pemilihan input. Denagn membagi setiap
persamaan diatas dengan harga, kita peroleh persamaan penting untuk perusahaan
persaingan sempurna berikut ini:
Jika persamaan tersebut di interprestasikan dalam
kalimat: kaidah biaya paling rendah menyatakan bahwa laba dimaksimumkan ketika
produk marjinal per dolar setiap input disamakan untuk setiap input.
Kalau satu hektar tanah
berharga $800 sedangkan tenaga kerja per jam berharga 100 kali kurang $8, maka
tidak ada perusahaan rasional akan menyamakan produk marjinal kedua faktor
tersebut. Seperti diperlihatkan oleh persamaan, biaya diminumkan ketika produk
marjinal per dolar input adalah sama. Karena harga tanah sebanyak 100 kali
tenaga kerja, MP tanah harus 100 kali MP tenaga kerja.
Penerimaan Produk Marginal dan Permintaan terhadap Input.
Setelah memperoleh MRP
untuk berbagai faktor yang berbeda, kini kita dapat memahami permintaan
terhadap faktor produksi. Kita baru saja melihat bahwa sebuah perusahaan yang
memaksimumkan keuntungan akan memilih kuantitas input sedemikian rupa sehingga
harga dari setiap inputnya sama dengan MRP input itu. Ini berarti bahwa dari
skedul MRP input, kita segera dapat menentukan hubungan antara harga input dan
kuantitas permintaannya. Hubungan ini sebenarnya merupakan kurva permintaan Perhatikan
kembali gambar 2.2. Kolom terakhir dari tabel ini menunjukkan MRP tenaga kerja
untuk pertanian jagung yang menjadi contoh kita. Dengan persyaratan maksimasi
laba, kita tahu bahwa pada upah $60.000 perusahaan perusahaan akan memilih satu
unit tenaga kerja; pada upah $30.000 dua unit tenaga kerja dan selanjutnya.
Dengan demikian skedul MRP untuk setiap input memberikan skedul permintaan
perusahhan terhadap input tersebut. Gambar 2.4 menggunakan hasil ini untuk
menggambarkan kurva permintaan pertanian jagung kita, dengan menggunakan data
pada gambar 2.2. Sebagai tambahan, kita
telah menggambar kurva melalui titik-titik individu untuk menunjukkan bagaimana
kurva permintaan akan muncul kalau unit-unit tenaga kerja terpisah bisa dibeli.
Kaidah Substitusi. Akibat wajar dari
kaidah biaya terendah adalah sebagai berikut: kalau harga sebuah faktor naik
sementara harga faktor lain tetap, peruasahaan pada umumnya akan mendapat
keuntungan mensubstitusikan faktor produksi yang lebih mahal dengan lebih
nanyak input lain. Kenaikan harga tenaga kerja, PL, akan mengurangi
MPL/PL. perusahaan-perusahaan akan memberikan respon
dengan mengurangi kesempatan kerja dan meningkatkan pemanfaatan tanah, sampai
persamaan dari produk marjinal per dolar input kembali ke semual, sehingga
mengurangi jumlah L yang dibutuhkan dan menambah permintaan tanah. Kenaikan
harga tanah (PA) saja, dengan logika yang sama, akan menyebabkan
substitusi tanah yang lebih mahal kepada tenaga kerja.
Gambar 2.4
Penawaran Faktor Produksi
Analisis
lengkap mengenai penentuan harga dan pendapatan faktor produksi harus
menggabungkan permintaan input seperti yang baru saja dijelaskan maupun
penawarannya. Prinsip umum penawaran berbeda dari input ke input. Dalam sebuah
perekonomian pasar sebagai besar faktor produksi dimiliki secara pribadi. Orang
memiliki tenaga kerja dalam arti bahwa mereka mengontrol penggunaannya; tetapi
pada zaman sekarang modal manusia yang paling penting hanya dapat disewakan,
dan tidak dapat dijual. Modal dan tanah umumnya dimiliki pribadi oleh rumah
tangga dan perusahaan. Keputusan-keputusan mengenai penawaran tenaga kerja
ditentukan oleh banyak faktor ekonomi dan nonekonomi. Beberapa penentu penting
dalam penawaran tenaga kerja adalah harga tenaga kerja dan berbagai faktor
demografis, seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, dan struktur keluarga.
Kuantitas tanah dan berbagai sumber daya lainnya ditentukan oleh geologi dan
tidak bisa diubah secara berarti, meskipun kualitas tanah dipengaruhi oleh
konservasi, pola penempatan, dan perbaikan-perbaikan lainnya. Penawaran modal
tergantung pada infestasi masa lalu yang dilakukan oleh perusahaan, rumah
tangga, dan pemerintah. Dalam jangka pendek, kesedian modal bersifat tetap
seperti tanah, tetapi dalam jangka panjang penawaran modal sangat peka terhadap
berbagain faktor ekonomi seperti pendapatan dan suku bunga. Dapatkah kita
mengatakan sesuatu mengenai elastisitas penawaran input? Sebenarnya, kurva
penawaran bisa miring secara positif atau negative atau bahkan vertical. Untuk
sebagian besar komoditi, kita menduga bahwa pada jangka panjang penawaran
memberikan respon secara positif terhadap harganya; dalam hal ini, kurva
penawaran tersebut akan miring ke kanan atas. Penawaran tanah biasanya dianggap
tidak dipengaruhi oleh harga, dan dalam hal ini penawaran tanah akan bersifat
tidak elastis sempurna, atau kurva penawarnnya vertical. Dalam beberapa kasus
khusus, bila penerimaan yang diperoleh faktor produksi bertambah, para pemilik
faktor produksi tersebut mungkin menawarkan lebih sedikit faktor produksinya ke
pasar. Umpanya, kalau orang-orang merasa sanggup bekerja dalam waktu yang lebih
sedikit bila upah baik, kurva penawaran untuk tenaga kerja mungkin akhirnya
melengkung kebelakang, ketimbang miring ke atas.
Berbagai kemungkinan elastisitas penawaran faktor produksi digambarkan oleh
kurva penawaran SS yang ditunjukkan dalam Gambar dibawah ini.
Gambar 2.5
Penentuan Harga Faktor Produksi
Melalui Penawaran dan Permintaan
Analisis
yang lengkap mengenai distribusi pendaftaran harus menggabungkan penawaran dan
permintaan faktor produksi. Kita telah menganalisis permintaan input dan
memberikan gambaran sekilas mengenai penawaran. Telah kita lihat bahwa pada
harga faktor tertentu, perusahaan yang memaksimumkan laba akan memilih
kombinasi input yang sepadan dengan penerimaan produk marjinalnya. Kalau harga
tanah turun, petani akan memakai tanah itu untuk mengganti input lain seperti
tenaga kerja, mesin-mesin dan pupuk. Dalam keadaan demikian, tiap petani akan
menunjukkan permintaan terhadap input berupa ladang jagung seperti pada kurva gambar 2.3 (b). Bagaimana
kita memperoleh data tentang permintaan pasar terhadap input (ladang jagung,
tenaga kerja kasar atau pupuk)? Caranya adalah dengan menambahkan permintaan
masing-masing perusahaan. Pada setiap harga tanah tertentu kita jumlahkan semua
permintaan masing-masing perusahaan pada harganya. Dengan kata lain, semua
kurva permintaan masing-masing perusahaan dijumlahkan secara horizontal untuk
mendapatkan kurva permintaan pasar terhadap suatu input. Kita ikuti prosedur
yang sama untuk setiap input, dengan menjumlahkan permintaan semua perusahaan
untuk memperoleh permintaan pasar bagi setiap input. Pada setiap kasus,
permintaan turunan untuk faktor atau tenaga kerja kasar atau input lainnya
didasarkan pada penerimaan produk marjinal input tersebut. Gambar 2.6
memperlihatkan DD sebagai kurva total permintaan pasar untuk sebuah faktor
produksi. Kurva permintaan pasar itu merupakan penjumlahan seluruh kurva permintaan dari masing-masing perusahaan. Kita
dapat melakukan operasi yang sama untuk seluruh pemasok yang menawarkan faktor
produksinya ke pasar. Caranya adalah, pada setiap tingkat harga faktor
produksi, kita menambahkan semua kuantitas penawaran perorangan secara
horisontal untuk memperoleh penawaran pasar. Kurva penawaran faktor produksi
hipotetis ditunjukkan oleh SS dalam
Gambar 2.6
Harga
input ekuilibrium dalam pasar kompetitif terjadi pada suatu tingkat dimana
kuantitas yang ditawarkan dan diminta adalah sama. Atau pada saat kurva
permintaan derivatif untuk sebuah faktor produksi memotong kurva penawarannya,
seperti ditunjukkan oleh titik E dalam Gambar 2.6. Pada harga itu, dan hanya
pada harga itu, jumlah yang bersedia ditawarkan oleh pemilik faktor akan tepat
sama dengan jumlah yang bersedia dibeli oleh pembeli. Pada harga yang lebih
rendah, para peminta yang antusias akan mendorong harga faktor produksi ke
atas. Apa yang terjadi kalau harga di atas ekuilibrium?
Dari
grafik ini,kita melihat dampak pergeseran penawaran dan permintaan faktor.
Tandai pertambahan permintaan dalam Gambar 2.6 dengan pinsil. Tunjukkan
bagaimana hal ini cenderung akan menaikkan harga ekuilibrium faktor.
Selanjutnya, tunjukkanlah bahwa kalau penawaran suatu faktor bertambah, hal ini
akan menggeser kurva penawarannya ke kanan bawah, sehingga harga faktor akan
cenderung turun. Teori penawaran dan permintaan faktor produksi membawa kepada
suatu kesimpulan penting mengenai pendapatan dalam sebuah perekonomian pasar:
harga faktor dan pendapatan masyarakat tidak ditentukan secara random. Kekuatan
penawaran dan permintaan akan memberikan hasil yang tinggi terhadap
faktor-faktor yang memiliki penawaran terbatas atau permintaan yang tinggi,
sebagaimana tercermin dalam tingginya penerimaan produk marjinal. Kalau sebuah
faktor menjadi lebih langka, misalkan karena semakin banyak lahan pertanian
diubah untuk pemukiman, maka harganya akan naik dan pemiliknya yang mujur akan
menikmati peningkatan pendapatan.
Akan
tetapi, pendapatan dari tanah, tenaga kerja, atau modal akan cenderung turun
kalau persediaan faktor itu menjadi lebih banyak, atau kalau ditemukan
substitusinya, atau kalau orang-orang berhenti meminta komoditi yang faktor produksinya
paling cocok untuk membuat komoditi tersebut. Persaingan bisa meningkatkan,
tapi juga bisa menurunkan pendapatan.
Teori Distribusi Pendapatan
Berdasarkan Produktivitas Marjinal
sekarang
kita dapat menggunakan teori produktivitas marjinal untuk memecahkan masalah
pokok: bagaimana pasar mengalokasikan output nasional diantara dua atau lebih
faktor produksi. Teoritisi ekonomi terkenal dari Columbia University, yaitu
John Bates Clark, sekitar tahun 1990 mengemukakan teori distribusi sedarhana.
Teori tersebut bisa diterapkan pada penetapan harga dan upah yang kompetitif
untuk setiap barang akhir (final goods) dan input faktor produksi. Untuk
memudahkan pemahaman atas teori tersebut, misalkan hanya ada satu produk yang
dihitung dalam satuan riil. Misalnya jagung atau suatu kombinasi komoditi yang
kita sebut Q. Selanjutnya, dengan menganggap harga sama dengan satu, kita dapat
membentuk seluruh pembahasan ini dalam satuan riil yaitu kita menamakan nilai
output sebagai Q dan tarif upah sebagai tarif upah riil dalam satuan barang
atau Q. Dalam situasi ini, fungsi produksi menjelaskan berapa Q yang akan
dihasilkan dari setiap jumlah jam kerja tenaga kerja, L, bersama sekian luas
tanah yang homogeny, A. Perhatikan bahwa karena P = 1, maka pada persaingan
sempurna MRP = MP x P = MP x 1 =MP dan upah =MPL.
Kemudian,
clark mengemukakan penalarannya sebagai berikut. Pekerja yang pertama mempunyai
produk marjinal yang sangat besar, karena begitu banyak tanah yang tersedia
untuk digarap. Pekerja kedua menghasilkan produk marjinal yang sedikit lebih
rendah dibanding pekerja pertama. Akan tetapi, kedua pekerja itu mempunyai
sifat yang identik: mereka harus mendapat upah yang sama. Masalahnya sekarang,
upah itu didasarkan atas apa? Apakah didasarkan pada MP (produk marjinal)
pekerja pertama atau MP pekerja kedua yang lebih rendah? Ataukah menurut
rata-rata keduanya?
Dalam
persaingan sempurna, dengan pemilik tanah bebas menentukan banyaknya pekerja
yang akan digunakan, jawabannya adalah: tuan tanah tidak akan menggunakan pekerja
kedua kalau upah yang harus mereka bayar melebihi produk marjinal yang
diterimanya. Dengan demikian kurva permintaan DD atas tenaga kerja akan
menjamin bahwa semua pekerja yang digunakan menerima upah sebesar produk
marjinal pekerja yang terakhir.
Bagaimana
dengan kelebihan total output yang dihasilkan oleh pekerja pertama dan pekerja
lain sebelum pekerja yang terakhir? MP itu dinikmati oleh tuan tanah dan
merupakan laba residu (residual earning) baginya, yang dalam pembahasan nanti
kita sebut sebagai sewa. dalam persaingan bebas, laba itu tetap milik pemilik
tanah dan tidak ada yang bisa mengambilnya. Apakah dengan demikian dapat
dikatakan, bahwa mereka sengaja mengeksploitir pekerja atau menerapkan
monopoli? Tidak juga, karena pemilik tanah itu hanya seorang partisipan dalam
pasar kompetitif untuk tanah dan menyewakan tanahnya pada harga paling
menguntungkan. Sebagaimana halnya seorang pekerja yang bersaing dengan pekerja
lain untuk mendapatkan pekerjaan, pemilik tanah pun bersaing dengan pemilik
tanah lain untuk mendapatkan tenaga kerja. Dalam dunia persaingan sempurna
menurut Clark, tidak ada persepakatan, tidak ada asosiasi majikan dan tidak ada
serikat buruh.
Gambar 2.7
Memperlihatkan
bahwa dari kurva produk marjinal tenaga kerja bisa ditentukan kurva permintaan
DD semua majikan yang dinyatakan dalam upah riil (atau dalam satuan jagung,
kombinasi beberapa komoditi, ataupun unit, Q). Data mengenai penawaran tenaga
kerja (kurva SS) diperoleh dari populasi tenaga kerja atau angkatan kerja yang
ada, sedangkan upah ekuilibrium terbentuk di E. Total upah tenaga kerja adalah
W x L yang ditunjukkan oleh bidang segi empat OSEN. Jadi, bila W = 5 dan L = 1
juta, maka total upah = 5 juta.
Selain
distribusi dari kontribusi tenaga kerja, dapat juga menentukan kontribusi dari
sewa tanah. Bidang segitiga dalam 2.7 mengukur “kelebihan output” (surplus
output) yang dihasilkan oleh pekerja tetapi tidak terimanya sebagai upah.
Besarnya segitiga pada gambar diatas (yaitu besarnya sewa) ditentukan oleh
seberapa besar penurunan MP tenaga kerja pada saat tenaga kerja ditambahkan
artinya ditentukan oleh hukum hasil lebih yang makin menurun. Apabila hanya
terdapat sedikit bidang tanah yang berkualitas tinggi, maka tambahan tenaga
kerja akan memperlihatkan diminishing return yang cukup tajam dan kontribusi
sewa akan besar. Jika sebaliknya terdapat banyak sekali tanah perbatasan
homogeny yang menunggu untuk dibersihkan, maka hanya terdapat sedikit
kecenderungan timbulnya diminishing return, dan sewa tanah di perbatasan akan
sangat kecil. Apakah wajar apabila tanah menerima sewa? wajar atau tidak, semua
pekerja adalah sama; semua pemilik tanah adalah pesaing sempurna yang bebas
menggaji sebanyak tenaga kerja yang mereka mau; oleh sebab itu dapat
diperkirakan bahwa dalam persaingan sempurna semua pekerja mendapat upah
setingkat MP dari pekerja terakhir dan disebabkan oleh hukum hasil yang
semakain berkurang, jumlah sisa dari sisa sewa akan diserahkan kepada pemilik
tanah. Dalam gambar 2.7, upah tenaga kerja kira-kira 3 kali lebih besar dari
sewa tanah. Hubungan 3-banding-1 antara pendapatan tenaga kerja dan pendapatan
bukan tenaga kerja ini mencerminkan kenyataan bahwa upah dan gaji memberi andil
sekitar tiga perempat pendapatan nasional. Kontribusi tenaga kerja terhadapat
pendapatan nasional memperlihatkan angka yang stabil selama abad ke-20. Kalau
imigrasi besar-besaran atau kenaikan angka kelahiran memperbesar penawaran
tenaga kerja sedemikian banyaknnya sehingga masyarakat menurunkan kurva
permintaan tenaga kerja sampai tingkat upah yang lebih rendah, maka segi empat
tenaga kerja pada gambar sebelumnya mungkin turun atau mungkin juga tidak turun
relative terhadap segitiga sewa tanah. Mengapa begini? Pertambahan penawaran
tenaga kerja dibawah kurva permintaannya selalu menaikkan luas absolut segitiga
sewa tanah. Bagaimana dengan jumlah absolut segi empat tenaga kerja? kita
mangetahui bahwa luas segi empat upah tenaga kerja akan bertambah kalau DD
memiliki elastisitas harga yang lebih besar dari satu. Tetapi apakah persentase
pertumbuhannya sama besar ataukah lebih besar dibanding persentase pertumbuhan
sewa tanah? Meskipun belum jelas sebelum anda melakukan eksperimen dengan
menggambarkan kurva permintaan tenaga kerja, jawabannya pasti ya. Benar bahwa
porsi relatif dari segi empat upah bisa bertambah dan porsi relatif dari
segitiga sewa berkurang jika kurva produk marjinalnya cukup elastis.
Teori Produktivitas Marjinal
Dengan Input Yang Bermacam-Macam
Teori
produktivitas marjinal yang dikemukakan oleh J.B. Clark sebagaimana diuraikan
sebelumnya merupakan langkah maju dalam memahami penetapan harga input yang
bermacam-macam. Clark melihat bahwa posisi tanah dan tenaga kerja bisa saling
dipertukarkan untuk mendapatkan teori distribusi yang lengkap. Untuk
mempertukarkan peranan tenaga kerja dan tanah, anggaplah bahwa tenaga kerja
konstan, kemudian tambahkan berbagai luas tanah (variable) pada tenaga kerja (tetap).
Hitunglah produk marjinal setiap satuan luas tanah tersebut. Gambarkan kurva
permintaan yang memperlihatkan berapa tenaga kerja yang diminta pemilik tanah
untuk setiap hektar tanah pada setiap tingkat sewa. dalam versi baru gambar 2.7 yang anda lukiskan itu, cari titik ekulibrium baru
E’. tentukan segiempat sewa tanah menurut MP nya. Tentukan segitiga upah tenaga
kerja. Akan terlihat suatu kenyataan yang mengejutkan, yaitu adanya simetri
sempurna dari kedua faktor produksi tersebut. Grafik baru itu menunjukkan,
bahwa distribusi porsi semua aktor produksi ternyata bisa ditentukan secara
simultan menurut produk marjinal mereka yang inter depeneden. Tidak hanya itu
saja, analisis diatas tidakhanya terbatas pada tenaga kerja dan tanah saja.
Mislakan, faktor produksi yang ada hanya tenaga kerja (L) dan sejumlah barang
modal (K). dimislakan terdapat fungsi produksi yang menghubungkan Q dan L dan
K, sebagaimana hanya karakteristik pada Gambar 2.7 Berdasarkan asumsi itu, kita
dapat mengulang gambar 13.6 dan memperoleh gambaran distribusi pendapatan yang
identic antara tenaga kerja dan modal. Dalam pasar faktor produksi yang
kompetitif seorang pengusaha yang berusaha memaksimumkan labanya akan mempunyai
kurva permintaan input yang ditentukan oleh produk marjinal faktor produksi.
Dalam contoh sederhana tentang output tunggal (dengan P = 1) kita peroleh :
Upah
= produk marjinal tenaga kerja.
Sewa
= produk marjinal tanah.
dan
seterusnya untuk setiap faktor produksi. Keseluruhan output akan
didistribusikan 100%, tidak lebih dan tidak kurang, keseluruh faktor produksi.
Akhirnya kita mengetahui bahwa teori Calrk mengenai distribusi pendapatan
secara agregat sesuai dengan penepatan harga kompetitif dari setiap jumlah
barang yang dihasilkan oleh setiap jumlah faktor produksi. Teori sederhana
namua ampuh ini menunjukkan bagaimana distribusi pendapatan berhubungan dengan
produktifitas perekonomian dalam perekonomian pasar yang kompetitif.
KESIMPULAN
Sebagaimana
dalam sebagian besar masalah, harga dan kuantitas ditentukan oleh penawaran dan
permintaan disisi permintaan terdapat permintaan faktor-faktor produksi.
Permintaan ditentukan oleh fungsi produksi maupun oleh permintaan atas barang
jadi yang terletak dibelakang permintaan derivative terhasap faktor produksi.
Disis penawaran berupa penawaran tanah, yang ditentukan oleh sifat endowment;
penawaran tenaga kerja yang ditentukan oleh nukuran dan kualitas tenaga kerja;
dan penawaran modal, yang diberikan oleh persediaan peralatan dan gedung-gedung
dari investasi masa lalu. Dengan memadukan saling ketergantungan penawaran
serta permintaan atas berbagai faktor, pasar memberikan pendapatan kepada
pemilik tanah, tenaga kerja, dan modal. Meskipun prinsip-prinsip umum yang
mendasari penentuan harga faktor produksi dan pendapatan secara kompetitif
adalah sama untuk semua faktor, namun masing-masing mempunyai ciri-ciri khusus.
Nama : Lisia
NIM : 2013 11 016
NIM : 2013 11 016
Kampus I STIE-Bentara Persada