ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG DI INDONESIA

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG
DI INDONESIA

A.     PENDAHULUAN

Dalam ilmu ekonomi, keseimbangan pasar (market equilibrium) terjadi ketika orang bersedia untuk membeli (permintaan) sama dengan jumlah orang yang bersedia untuk menjual (penawaran) pada harga tertentu. Dalam pasar uang, keseimbangan tersebut dicapai ketika jumlah uang yang diminta sama dengan jumlah uang yang ditawarkan, disebut sebagai harga keseimbangan atau harga market-clearing. Harga ini disebut sebagai suku bunga keseimbangan atau suku bunga market-clearing. Keseimbangan pasar dan harga atau suku bunga keseimbangan sangat penting, karena ada kecenderungan pasar selalu menuju ke arah kecenderungan tersebut.
Keseimbangan pasar dan harga atau suku bunga keseimbangan tercapai manakala permintaan dan penawaran uang mencapai titik tertentu yang sama (equilibrium). Uang digunakan sebagai alat pertukaran (medium of exchange) yaitu suatu barang atau bentuk kekayaan riil (tangible asset) yang secara umum diterima sebagai pembayaran. Uang yang dipegang juga dipergunakan sebagai penyimpan nilai walaupun mungkin peran ini kecil didalam suatu perekonomian. Uang bisa dipergunakan sebagai alat pengukur (medium of account), intinya harga biasanya dinyatakan dalam suatu satuan uang.
Dalam melihat peranan uang bagi perekonomian sebenarnya ada beberapa pandangan yang berbedaoleh para ahli ekonomi. Golongan Klasik tidak dimaksudkan untuk menjelaskan mengapa seseorang atau masyarakat menyimpan uang kas, tetapi lebih pada peranan uang dalam perekonomian. Tori Keynes menerangkan mengapa seseorang memegang uang kas berdasarkan kegunaan uang. Uang dapat berfungsi sebagai alat tukar (transaksi) dan penyimpan kekayaan. Dalam teorinya tentang permintaan akan uang kas, Keynes membedakan antara motif transaksi (dan berjaga) serta spekulasi (Nopirin, 2007:117). Teori Friedman mendefinisikan teori kuantitas sebagai teori permintaan uang dan bukan sebagai teori output atau teori harga (Nopirin, 2007 : 143). Analisa Friedman mengenai permintaan sebenarnya hampir sama dengan Keynes dan Cambridge dibandingan Fisher. Asumsi yang mendasarinya adalah karena prinsip teori permintaan uang sama dengan teori permintaan barang yaitu tindakan memilih dari individu atau pemilik kekayaan. Kirana, (1997:1) mengkaji tentang integrasi pasar keuangan Indonesia di Asean dengan model yang digunakan melalui estimasi FLBS ( Forward Looking Buffer Stock Model ), yang menemukan bahwa valuta asing dan nilai tukar serta kebijakan berpengaruh positif terhadap integrasi keuangan. Disamping itu, dibuktikan bahwa pendekatan stock penyangga mampu menjelaskan dengan baik fenomena dalam integrasi pasar keuangan baik dalam jangka pendek ataupun jangka panjang.
Nopirin, (1998:1) melakukan penelitian tentang permintaan uang kas di Indonesia periode 1957-1996 dengan model yang digunakan regresi linier, sedangkan variabel yang digunakan adalah pendapatan nasional, uang dalam arti sempit dan arti luas, tingkat suku bunga dalam dan luar negeri yang menunjukkan bahwa permintaan uang tunai sebelum dan sesudah deregulasi di tahun 1998 mengalami perubahan. Dengan menggunakan Chow test, ternyata permintaan uang tidak stabil.
Hariyanti, (1999:1) mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah uang
beredar. Model yang dipakai adalah model permintaan uang dengan fungsi biaya kuadrat tunggal dengan menggunakan estimasi ECM ( error correction model ). Variabel yang digunakan yaitu pendapatan nasional, jumlah uang beredar, suku bunga dalam negeri dan nilai tukar yang menemukan bahwa jumlah uang beredar di Indonesia dapat menerangkan dengan baik fenomena dari variabel tingkat suku bunga, tingkat pendapatan dan tingkat nilai tukar. Di sini jumlah uang beredar dalam jangka panjang di pengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional, nilai tukar secara positif dan tingkat suku bunga secara negatif.


B.      METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan untuk pengolahan data adalah kuantitatif dan deskriptif. Model pemintaan uang secara empiris adalah fungsi dari tingkat harga, tingkat pendapatan riil dan tingkat bunga nominal. Model penawaran uang secara empiris adalah fungsi dari high powered money dan tingkat bunga (Manurung J dan A.H, 2009 : 181). Model estimasi yang dibentuk akan dianalisis dengan menggunakan paket olah data Eviews dengan model Simultan, yang akan diselesaikan dengan pendekatan Two Stage Least Square (TSLS).
Variabel dalam suatu sistem persamaan simultan dapat diklasifikasikan menjadi 2 tipe, yaitu endogeneus variable dan predetermined variable (Gujarati,2007:150). Endogeneus variable adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh model. Predetermined variable adalah variabel yang nilainya ditetapkan diluar model. Predetermined variable dibedakan menjadi 2, yaitu : exogeneous variable dan lagged variable. Endogeneus variable bersifat stokastik, sementara Predetermined variable bersifat nonstokastik. Klasifikasi variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1. Klasifikasi Variabel Dalam Persamaan Simultan
Jenis Variabel
Notasi
Keterangan

M1
Permintaan/ Penawaran Uang
Endogeneous Variable
RLN
Tingkat Suku Bunga

GWM
Giro Wajib Minimum

GDP
Tingkat Pendapatan Riil
Predetermined Variable
GPI
Tingkat Indeks Harga Umum

HPM
High Power Money
Sesuai dengan kriteria identifikasi persamaan simultan, identifikasi persamaan
simultan dalam penelitian ini seperti terlihat dalam tabel 2:

Tabel 2. Identifikasi Persamaan Simultan
Persamaan
K
K
M
m
(K-k)
(m-1)
Identifikasi
Permintaan Uang
4
2
2
1
2
1
Over Identified
Penawaran Uang
4
3
2
1
1
1
Exactly Identified

Persamaan Permintaan Uang:
·         K = (banyaknya predetermined variabel dalam model) ada 4 variabel yaitu variabel GWM, ‘’      GDP, GPI dan HPM.
·         k = (banyaknya predetermined variabel dalam persamaan) ada 2 variabel yaitu variabel GDP dan variabel GPI.
C.      M = (banyaknya variabel endogen dalam model) ada 2 variabel yaitu variabel M1 dan variabel RLN.
D.     m = (banyaknya variabel endogen dalam persamaan) ada 1 variabel yaitu variabel M1.

Persamaan Penawaran Uang:
·         K = (banyaknya predetermined variabel dalam model) ada 4 variabel yaitu variabel GWM, GDP, GPI dan HPM.
·         k = (banyaknya predetermined variabel dalam persamaan) ada 3 variabel yaitu variabel GWM, variabel HPM dan variabel GPI.
·         M = (banyaknya variabel endogen dalam model) ada 2 variabel yaitu variabel M1 dan variabel RLN.
·         m = (banyaknya variabel endogen dalam persamaan) ada 1 variabel yaitu variabel M1.
Persamaan simultan dalam penelitian ini adalah overidentified, sehingga diselesaikan dengan 2SLS. Variabel-variabel tersebut dispesifikasikan ke dalam dua model persamaan sesuai dengan hubungan teoritisnya, yang akan diselesaikan dengan pendekatan TSLS.
Berdasarkan hasil identifikasi persamaan simultan tersebut diketahui bahwa kedua persamaan adalah over identified, sehingga model estimasi yang digunakan adalah Two Stage Least Squares (TSLS). Metode TSLS ini lebih tepat digunakan untuk analisis simultan, mengingat dalam analisis ini semua variabel diperhitungkan sebagai suatu system secara menyeluruh.
Pengolahan data sekunder dan penerapan persamaan diatas menggunakan program (software) statisitik Eviews versi 5.0. Dengan melakukan uji asumsi klasik dan signifikan, yang terdiri dari : uji serempak (F-test), koefisien determinasi (R2), uji parsial (t-test), uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji normalitas.

Prosedur TSLS adalah sebagai berikut : (Gujarati, 2006:167):
1.      Tahap I, estimasi persamaan tereduksi dengan OLS untuk menghasilkan nilai estimasi variabel endogen.
2.      Tahap II, estimasi model persamaan simultan dengan OLS dengan menggunakan nilai estimasi variabel endogen sebagai variabel eksogen.
3.      Hasil estimasi pada tahap II merupakan hasil estimasi TSLS.

C.      HASIL DAN PEMBAHASAN

Model Permintaan dan Penawaran Uang, menunjukkan bahwa tingkat pendapatan riil (GDP) berpengaruh positif dan tidak signifikan pada α=10%, tingkat suku bunga (RLN) berpengaruh negatif dan signifikan pada α=5% serta indeks harga umum (GPI) berpengaruh positif dan signifikan pada α=5% terhadap permintaan dan penawaran uang di Indonesia.
Tingkat Suku Bunga, menunjukkan bahwa giro wajib minimum (GWM) berpengaruh negatif dan tidak signifikan pada α=10%, stok uang dalam arti penting (HPM/GPI) berpengaruh positif dan signifikan pada α=5%, tingkat pendapatan riil (GDP) berpengaruh negatif dan tidak signifikan pada α=10%, dan indeks harga umum (GPI) berpengaruh positif dan signifikan pada α=5%.
Untuk uji autokorelasi didapat dari hasil uji estimasi Durbin-Watson Test (Uji DW). Hasil estimasi menghasilkan nilai statistik DW sebesar 1,18 pada persamaan permintaan dan penawaran uang (M1), dan sebesar 1,32 pada persamaan tingkat suku bunga (RLN). Angka ini terletak di sebelah kanan tengah gambar berikut, daerah tersebut menunjukkan daerah tidak dapat disimpulkan (no decision).
Pada persamaan permintaan dan penawaran uang (M1) DW tabel pada taraf signifikan α=0,05, dengan jumlah sampel n = 21 serta jumlah variable bebas k = 3 adalah nilai dL = 1,026 dan dU = 1,669. Nilai hitung DW = 1,18, berada di sebelah dU yang berarti berada pada daerah tidak dapat disimpulkan.
Pada persamaan tingkat suku bunga (RLN) DW tabel pada taraf signifikan α=0,05, dengan jumlah sampel n = 21 serta jumlah variable bebas k = 4 adalah nilai dL = 0,927 dan dU = 1,812. Nilai hitung DW = 1,32, berada di sebelah dU yang berarti berada pada daerah tidak dapat disimpulkan.
Uji moultikolinearitas menggunakan VIF dan Tolerence. Untuk menghitung VIF dan Tolerence terlebih dahulu ditentukan matriks korelasi variabel tingkat pendapatan riil (GDP), indeks harga umum (GPI), giro wajib minimum (GWM) dan stok uang dalam arti penting (HPM).
Dari nilai VIF dari korelasi variabel-variabel bebas pada tabel 7 terdapat variabel yang memiliki nilai VIF yang lebih besar dari 10 yaitu variabel GDP terhadap variabel GPI yang lebih besar dari 10, jadi variabel GDP terjadikolinieritasganda(multicollinearity).
Dilihat dari tabel 7 maka, hanya variabel GDP yang memiliki nilai Tolerence yang tinggi, yaitu 0,96 sementara variabel lainnya masih dibawah nilai TOL yaitu 0,90. Meskipun nilai TOL untuk variabel GDP tinggi, namun nilai tersebut masih dibawah 1. Hasil estimasi 2SLS menunjukkan bahwa persamaan variabel permintaan dan penawaran uang (M1) dengan tingkat pendapatan riil (GDP), tingkat suku bunga (RLN), indeks harga umu (GPI), giro wajib minimum (GWM) dan stok uang dalam arti penting (HPM/GPI) adalah sebagai berikut :
-Log(M1) = 8.202275+0.170051*log(GDP)–0.164481*log(RLN)+0.901409*GPI
-Log(RLN = 28.92640 - 0.027826*GWM + 1.036268*log(HPM/GPI) - 2.263108*log(GDP)
                   + 1.354765*log(GPI)
Koefisien regresi GDP sama dengan 0.170051. Ini berarti jika GDP meningkat 100 persen, maka permintaan dan penawaran uang (M1) akan naik sebesar 17,01 persen. Sebaliknya, jika GDP turun 100 persen maka permintaan dan penawaran uang (M1) akan turun sebesar 17,01 persen. Pengaruh variabel GDP ini relatif tinggi dan tidak signifikan pada tingkat kepercayaan 90 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan riil yang meningkat tidak akan berdampak signifikan pada permintaan dan penawaran uang di Indonesia.
Sesuai dengan pandangan Keynes dan Friedman bahwa bila pendapatan kekayaan meningkat maka pengeluaran semakin banyak pula sehingga permintaan uangmeningkat. Hal ini membuktikan bahwa hasil estimasi penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian ini serta sudah sesuai dengan penelitian sebelumnya.
Koefisien regresi tingkat suku bunga (RLN) sebesar -0,164481. Ini berarti jika RLN naik sebesar 100 persen, akan menurunkan permintaan dan penawaran uang sebesar 16,45 persen. Sebaliknya, jika RLN turun sebesar 100 persen, akan meningkatkan permintaan dan penawaran uang sebesar 16,45 persen.
Pengaruh variabel RLN negatif dan signifikan pada tingkat α = 5%. Penelitian ini sesuai dengan teori Keynes dan Friedman yang menyatakan bahwa tingkat bunga yang tinggi mendorong orang membeli lebih banyak obligasi (surat berharga) dan ekuiti dan mengurangi pemegangan uang kas.
Koefisien regresi indeks harga umum (GPI) sebesar 0,901409. Ini berarti jika GPI naik sebesar 100 persen akan meningkatkan permintaan dan penawaran uang sebesar 90,14 persen. Sebaliknya, jika GPI turun sebesar 100 persen akan menurunkan permintaan dan penawaran uang sebesar 90,14 persen. Pengaruh GPI ini postif dan siginifikan pada tingkat kepercayaan 5%.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Darmawan (2005:75) yang menyatakan bahwa perilaku permintaan uang dalam jangka pendek menunjukkan secara serentak, variabel pendapatan nasional, nilai tukar, indeks harga umum, tingkat suku bunga dalam dan luar negeri seginifikan sebab mempengaruhi permintaan uang kuasi di indonesia. Ini membuktikan bahwa hasil estimasi sesuai dengan hipotesis dan penelitian sebelumnya.
Koefisien regresi giro wajib minimum sebesar -0,027826. Ini menunjukkan bahwa bila GWM naik sebesar 100 persen akan menurunkan tingkat suku bunga (RLN) sebesar 2,78 persen. Sebaliknya, jika GWM turun sebesar 100 persen, akan meningkatkan RLN sebesar 2,78 persen. Variabel GWM tidak signifikan pada α = 10%, hal ini disebabkan salah satunya adalah akurasi data yang tidak dapat diprediksi dan dianalisa pada setiap tahunnya.
Koefisien regresi variabel stok uang dalam arti penting (HPM/GPI) sebesar 1,036268. Ini berarti bila HPM/GPI naik sebesar 100 persen, akan meningkatkan suku bunga (RLN) sebesar 103,63 persen. Sebaliknya jika HPM/GPI turun sebesar 100 persen, maka RLN akan turun pula sebesar 103,63 persen. Pengaruh HPM/GPI relatif tinggi dan signifikan pada tingkat α = 5%.
Hasil estimasi ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Darmawan (2005:75)yang menyatakan bahwa perilaku permintaan uang dalam jangka pendek menunjukkan bahwa variabel pendapatan nasional, nilai tukar, indeks harga umum, tingkat suku bunga dalam dan luar negeri seginifikan sebab mempengaruhi permintaan uang kuasi di indonesia. Ini membuktikan bahwa hasil estimasi sesuai dengan hipotesis dan penelitian sebelumnya.
Koefisisen regresi GDP sebesar -2,263108 yang berarti bahwa jika GDP naik sebesar 1
persen, maka RLN akan turun sebesar 2,26 persen. Sebaliknya jika GDP turun sebesar 1 persen, akan meningkatkan RLN sebesar 2,26 persen. Pengaruh GDP terhadap RLN tidak signifikan pada α = 10%.
Hasil estimasi menyatakan bahwa GDP berpengaruh tidak signifikan terhadap suku bunga, hal ini disebabkan salah satunya adalah data GDP sudah menghilangkan faktor inflasi dengan menghitung angka data dasar yang sama yaitu data dasar tahun 2000. Sedangkan inflasi adalah salah satu faktor yang sangat mempengaruhi tingkat suku bunga di Indonesia.
Koefisien regresi GPI sebesar 1,354765 yang menunjukkan bahwa bila GPI naik sebesar 1 persen akan meningkatkan RLN sebesar 1,35 persen. Dan sebaliknya jika GPI turun
sebesar 1 persen akan menurunkan RLN sebesar 1,35 persen. Pengaruh GPI terhadap RLN relatif tinggi dan serta siginifikan pada α = 5%.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa tingkat harga umum atau tingkat inflasi sangat mempengaruhi suku bunga. Jika tingkat harga umum atau inflasi naik maka suku bunga juga akan meningkat. Hasil ini sesuai dengan hipotesis dan penelitian sebelumnya.
Model persamaan simultan diatas menjelaskan hubungan antara permintaan dan penawaran uang dengan tingkat bunga. Artinya perubahan permintaan dan penawaran uang mempengaruhi tingkat bunga, dan sebaliknya perubahan tingkat bunga akan mempengaruhi permintaan dan penawaran uang. Artinya jika pendapatan riil (GDP) meningkat, akan meningkatkan permintaan dan penawaran uang (M1) dan peningkatan permintaan dan penawaran uang (M1) akan meningkatkan stok uang dalam arti luas (HPM), peningkatan stok uang dalam arti luas (HPM) akan meningkatkan tingkat suku bunga (RLN) dan penurunan tingkat suku bunga (RLN) akanmenurunkan stok uang dalam arti luas (HPM),  emikian seterusnya.

D.     KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.      Dari nilai koefisien determinasi pada hasil estimasi maka model permintaan dan penawaran uang di Indonesia mampu dijelaskan oleh variabel-variabel tingkat pendapatan riil, tingkat suku bunga dan indeks harga umum, Dan model tingkat suku bunga mampu dijelaskan oleh variabel-variabel giro wajib minimum, stok uang dalam arti luas, tingkat pendapatan riil serta indeks harga umum, mampu dijelaskan oleh model yang digunakan.
2.      Variabel-variabel yang digunakan menjelaskan model permintaan dan penawaran uang menunjukkan arah pengaruh yang sesuai dengan hipotesis. Tingkat pendapatan riil berpengaruh positif dan tidak signifikan, indeks harga umum berpengaruh positif dan signifikan, tingkat suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan dan penawaran uang di Indonesia. Sedangkan untuk model tingkat bunga, variabel indeks harga umum berpengaruh positif dan signifikan, variabel tingkat pendapatan riil berpengaruh negatif dan tidak signifikan, variabel stok uang dalam arti penting berpengaruh positif dan signifikan, variabel giro wajib minimum berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat suku bunga di Indonesia.
3.      Besarnya nilai koefisien dari koefisien regresi variabel-variabel yang menjelaskan model permintaan dan penawaran uang, yang terbesar adalah variabel indeks harga umum, diikuti berturut-turut oleh variabel tingkat pendapatan riil dan tingkat suku bunga. Sedangkan model tingkat suku bunga, yang terbesar adalah variabel tingkat pendapatan riil, diikuti berturut-turut oleh variabel indeks harga umum, variabel stok uang dalam arti luas, dan variabel giro wajib minimum.

E.      SARAN
1.      Diharapkan dengan peningkatan pendapatan riil dan indeks harga umum dan penurunan tingkat suku bunga akan mempengaruhi permintaan dan penawaran uang di Indonesia. Dengan penurunan tingkat suku bunga akan meningkatkan giro wajib minimum dan pendapatan riil serta menurunkan stok uang dalam arti penting dan indeks harga umum.
2.      Diharapkan pemerintah dapat memberikan akses dan fasilitas bagi masyarakat untuk dapat meningkatkan pendapatan. Dengan meningkatnya pendapatan riil masyarakat akan meningkatkan permintaan dan penawaran uang, meningkatkan indeks harga umum serta dapat menurunkan suku bunga.
3.      Disamping itu diharapkan pemerintah juga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang akan meningkatkan permintaan dan penawaran uang, peningkatan permintaan dan penawaran uang akan meningkatkan stok uang dalam arti penting dan menurunkan tingkat suku bunga.

Mordong Hasugian

[blogger]

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget